Warning: Invalid argument supplied for foreach() in /home/kalbaru/public_html/wp-content/plugins/Unyson-master/framework/includes/option-types/typography-v2/class-fw-option-type-typography-v2.php on line 148

Warning: Invalid argument supplied for foreach() in /home/kalbaru/public_html/wp-content/plugins/Unyson-master/framework/includes/option-types/typography-v2/class-fw-option-type-typography-v2.php on line 148

GENERASI Z DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

PONTIANAK, Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Barat Melalui Bidang Komunikasi Publik menggelar Talk Show Literasi Digital dengan tema “Generasi Z di Era Revolusi Industri 4.0” Bertempat di Ballroom Hotel Harris Pontianak, Kamis (13 – 14/11/2019)

Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Barat Ir.Sukaliman, M.T., yang di hadiri oleh 450 orang siswa SMA, SMK dan Madrasah Aliyah Se-Kalbar. Dengan menghadirkan Narasumber yang berkompeten di bidang Literasi Media.

Narasumber yang memberikan materi terdiri dari Arseanty Widyaningsih Pahlevi dari Tempo Group, Orsya Ade CP dari Hoax Crisis Center dan Ricard Erfany dari Penggiat Youtube Hobby Makan.

Dalam Sambutannya Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kalimantan Barat, Sukaliman, menyampaikan, “Literasi digital tidak hanya mengetahui bagaimana cara membuat, namun juga cara memilih media yang tepat untuk mengolah dan menyebarkan informasi. Karena itu Gen Z harus cerdas agar tidak terjebak seperti dibongkar informasi pribadi atau ditipu.”

Pada umumnya Gen Z hanya dikenal dengan generasi nunduk karena kecanduan dalam menggunakan smartphone. Kebiasaan tersebut mampu membawa dampak negatif seperti menciptakan konten negatif, bullying bahkan kriminalitas. Oleh karena itu, literasi digital menjadi penting agar Gen Z tidak tersesat dalam menggunakan teknologi digital.

“Literasi sendiri bukan hanya sekedar kecakapan yang melibatkan kemampuan menggunakan perangkat tekonologi, informasi dan komunikasi tetapi juga kemampuan bersosialisasi, memiliki kemampuan dalam pembelajaran dan memiliki sikap berpikir kritis, kreatif serta inspiratif sebagai kompetensi digital.” Tambahnya.

Untuk mengembangkan literasi digital diperlukan empat aspek yakni pemahaman bagaimana memahami fungsi-fungsi dari teknologi, saling ketergantungan kepada media lain, faktor sosial dan kurasi.

Hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Informasi Indonesia (APJII) pada tahun 2017 menunjukkan bahwa 143,26 juta jiwa penduduk Indonesia yang menggunakan internet. Hal ini menjadi bukti bahwa kini internet sangat dekat dengan sekitar. Akan sangat disayangkan jika pengguna internet tidak memiliki pengetahuan tentang literasi digital maupun bisnis yang berkembang di dalamnya.

Kurangnya literasi digital pun memancing banyaknya hoax yang bermunculan. selain merugikan, hoax juga berpotensi kriminalitas yang mana dibisa dikenakan KUHP, Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, serta tindakan ketika ujaran kebencian telah menyebabkan terjadinya konflik sosial. Motif seseorang menyebarkan hoax ada bermacam, bisa karena uang (clickbait), politik, ideologi, kebencian maupun hanya iseng semata.

Sebagai generasi yang harus menguasai literasi digital, Gen Z juga perlu mengetahui etika dalam bermedia sosial, yaitu:

  1. Jangan mengumbar hal pribadi
  2. Hindari kata-kata kotor, debat kusir, hasutan, dusta dan opini negatif
  3. Jangan menyebarkan konten pornografi dan SARA
  4. Saring sebelum sharing (UU ITE)
  5. Jangan plagiat (UU Hak Cipta)
  6. Pahami konten secara menyeluruh
  7. Opini dengan fakta dan data
  8. Jangan gunakan nama samaran (UU KUHP Pasal 378)

Mantan Kepala Bidang Aplikasi dan Telematika ini juga Mengatakan bahwa ia berharap orang-orang yang telah paham mengenai literasi digital dapat memberitahu lingkungan sekitarnya sehingga dapat mencegah terjadi peyebaran hoax ataupun kerugian lainnya.

Dalam penyampaian materi A.W.Pahlevi menerangkan untuk menyikapi Generasi Digital disaat ini merupakn generasi yang serba gadget, smartphone.

“ cuma indinesia khususnya, jadi kebnyakan kalian ngeshrae deagan apa yang kalian suka. Coba liat profil Instagram, yang di like atau share yg disuka saja, missal makanan. Vhote atau informasi yang sesuai degan diri. Tapi sedikit yg ngeshare informasi yg didapat,”

Terkadang sebagai pengguna akun jarang sekali me- ngecek ulang apakah informasi itu bener atau tidak. Lioterasi itu bukan hanya audio visual, bisa juga dengan membuadayakan kembali membaca, menelaah informasi yang didapat.

Dalam penyampaian materi oleh ocsya ade cp, . bagaimna cara memverifikasi hoax, ketika kita mndapatkan informasi atau berita, langkah pertama adalah melakukan pengecekan terhadap informasi atau berita tersebut, kini telah tersedia aplikasi tentang hoax yaitu “hoax master tool”. Itu salah satu gerbang filtrasi apakah itu informasi atau berita tersebut hoax atau fakta.

“Yang namakan hoax itu 1 dari 1000 berita. Tapi informasi ada 2, Mis- informasi dan Dis-informasi.  Hoax itu ada motif, motif cari uang, Motif politik dan banyak lagi.”Ungkapnya

Ketika kita mendapatkan berita hoax, siapa yang akan kita salahkan ?

“hoax itu berantai, yang ikut menyebarkan berita hoax itu juga salah. seharusnya generasi yang baik itu mencoba meluruskan dan membenarkan informasi yang menurut kita keliru atau salah.” Tambahnya.

“Jika ada yang mendapatkan info atau yang tau menyebarkan info hoax, bisa ditegur dan adakan pembanding informasi atau berita mana yang benar.” Pungkasnya.

Dalam penyampaian materi dari Ricard Ervany ( Ervan Hobi Makan), lebih menegaskan dalam pembuatan konten di media social haruslah yang menarik, dapat di pertanggung jawabkan, dan buatlah sesuatu yang berdampak Positif sehingga penikmat konten atau penonton lebih sering dan menunggu karya-karya konten yang menarik dari akun media sosial kita.

“ kalau slama ini, dimedsos  ada dapat berita hoax kita redam dengan Aksi Positif. “ tegasnya

Ada Namanya Gerakan lanjutakan di kamu, ada berbagai Gerakan positiv dari Indonesia. Pengalaman kita ketika dihebohkan isu hoax yaitu Gerakan cebong dan kampret, maka di hobi makan “selalulah berbaik sangka terhadap orang”. Biarlah makanan yang menyatukan kita.” tambahnya

“ Buatlah sesuatu yang dapat membantu orang lain, jadi bikinlah sesuatu yang bisa memberikan perubahan, prinsipnya berhasilkan orang lain dulu baru hasilnya akan datang buat diri sendiri. Kejahatan itu muncul dari perut yg lapar. Tutupnya (Sy.Abdal/Syf)

 

Read Previous

RAKOR PENINGKATAN KEWASPADAAN PENYAKIT AFRICAN SWINE FEVER (ASF)

Read Next

MENTERI DESA PDTT : KALBAR SPEKTAKULER, 1 DESA MANDIRI JADI 87 DESA MANDIRI

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *